Popular Post

Archive for 2014

Gunung Bromo

By : Unknown

Jangan pernah katakan anda pernah ke Jawa Timur jika anda belum pernah mengunjungi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sebuah kawasan unik yang di dalamnya terdapat keindahan alam berupa deretan gunung gunung berapi maupun yang sudah mati mulai dari Gunung Bromo, Gunung batok, dan Gunung Semeru yang merupakan puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa serta kearifan lokal budaya Suku Tengger yang masih terjaga hingga saat ini.

Gunung Bromo merupakan rangkaian pegunungan yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang terletak perbatasan antara 3 kabupaten yaitu Malang, Pasuruan, Probolinggo. Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2392 mdpl merupakan wisata andalan Jawa Timur bahkan Andalan Wisata Indonesia di kancah internasional.

Sekilas sejarah mengenai Gunung Bromo, nama gunung ini berasal dari kata Brahma (salah satu dewa dalam agama Hindu), Sedangkan Gunung Semeru dengan puncaknya bernama Mahameru merupakan salah satu kiblat pemujaan agama hindu, singkat sejarah dalam agama Hindu gunung meru adalah gunung sebagai pusat bumi yang terletak di India, tetapi oleh Dewa Dewa dipindahkan ke Pulau Jawa, dalam proses pemindahan itu material Gunung Meru banyak yang tercecer. Ceceran itu saat ini berubah menjadi deretan pegunungan yang tersebar dari Sumatera hingga ke Jawa, dan Gunung Semeru ini menjadi pusatnya, tak salah jika mayoritas Suku Tengger yang mendiami kawasan ini beragama Hindu dan masih melestarikan warisan budaya yang ditinggalkan. Menurut legenda, asal-usul Suku Tengger tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Suku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun mengetahui Gunung Bromo itu berbahaya
Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini dapat kita jangkau dari beberapa daerah. Yang pertama adalah melewati daerah Pasuruan jalur Wonokitri, yang kedua adalah melalui Kota Probolinggo dengan dilanjut ke jalur Cemoro Lawang, dan yang ketiga adalah dari kota Malang melewati daerah Tumpang hingga kita sampai jalur ngadas arah menuju jalur pendakian Gunung Semeru.


Daerah Cemoro Lawang
Salah satu hal yang paling dicari wisatawan jika kita mengunjungi Bromo adalah menyaksikan sunrise, ya matahari terbit disini adalah yang terindah di Pulau Jawa. Oke mari kita buktikan, untuk dapat menikmati sunrise kita disarankan untuk menginap terlebih dahulu di hotel atau penginapan yang banyak tersebar di kawasan ini. Kebetulan saya juga berkunjung melewati daerah Cemoro Lawang, di daerah ini fasilitas penunjang sedikit lebih lengkap dibandingkan jika kita melewati jalur lain. Kalaupun kita tidak ingin menginap kita dapat mencari alternative dengan mengendarai sepeda motor dari kota terdekat dengan estimasi waktu sampai sebelum matahari terbit. Tempat terbaik untuk melihat sunrise adalah di Penanjakan, sebuah bukit tinggi tempat kita dapat menikmati matahari terbit dengan latar belakang Gunung Bromo, kita dapat mencapainya dengan kendaraan Jeep, karena memang mobil pribadi tidak diperbolehkan masuk kedalam kawasan wisata ini, hal ini bermaksud untuk lebih meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Kita dapat memesan mobil jeep dari pihak hotel, tetapi saran saya langsung saja datang ke basecamp perkumpulan jeep di desa Cemoro Lawang karena kita akan mendapatkan harga yang lebih murah.


Mobil Jeep
Pagi hari setelah tidur nyenyak semalam, Jeep telah menunggu di depan hotel tempat menginap kami. Tepat pukul 04.00 kita berangkat mengejar sunrise, rencana awal kita akan berangkat di bukit penanjakan berhubung sedang dilakukan renovasi maka pengunjung dialihkan ke bukit alternative dengan pemandangan yang tidak kalah menarik tentunya. Iring iringan mobil jeep memecah keheningan pagi, jalur berkelak kelok membelah bukit. Sampai akhirnya jalan terputus dihadapan sebuah bukit yang cukup tinggi, dari titik ini kaki kita diwajibkan untuk melangkah. Tapi yang disayangkan adalah di bukit ini kita harus cukup jauh melangkah untuk menuju Gardu pandang, berbeda jika kita di penanjakan gardu pandang akan lebih mudah dijangkau. Sekitar 60 menit berjalan kita akan segera sampai di Gardu Pandang. Disini keadaan cukup ramai yang menanti datangnya sunrise.


Jalanan Menuju Puncak Bukit Alternatif
Ditengah dingin pagi di bukit ini sayup sayup sinar matahari kemerahan mulai merekah di ufuk timur, dan Subhanallah inilah sunrise terindah itu. Pemandangan yang sangat menakjubkan, Tepat dihadapan kita bromo yang indah tampak mengepulkan asap didampingi sebelahnya gunung batok dengan guratan yang yang sangat indah, tampak mengintip di belakan menjulang gagah gunung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru..  Suara jepretan kamera diselengi aksi dari para wisatawan dalam mengabadikan momen yang tidak bisa didapatkan dari tempat lainnya.


Sunrise 

View Gunung Bromo dan Gunung Semeru


View Dari Bukit Alternatif

Beranjak dari bukit pandang alternatif kita akan menuju ke Lautan Pasir, tak kurang dari 20 menit kita akan segera sampai di pelataran Gunung Bromo. Disini lautan pasir terhampar luas dan gagahnya gunung Bromo seakan menyambut kedatangan kita. Barisan Rapi mobil jeep tampak berjejer dibelakang dan berkata, selamat datang di negeri sejuta keindahan ini.


Barisan Mobil Jeep
Simpang siur warga tengger yang menjajakan makanan dan tumpangan kuda untuk mengantar sampai tangga kawah. Jika kita memilih berjalan kaki kita dapat mengunjungi Istana dewa ditengah lautan pasir yang bernama Pura Luhur Poten. Pura ini tempat yang disucikan oleh warga tengger yang mayoritas beragama Hindu. Jika datang pada bulan september atau november hari ke 14 dalam penanggalan jawa, kita menyaksikan festival Kasada tahunan dimana suku Tengger datang ke Bromo melemparkan sesajen yang terdiri dari sayuran, ayam, dan uang ke dalam kawah Gunung Bromo. Upacara Kasada merupakan upacara sesembahan untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur.
Berjalan kurang lebih 30 – 60 menit dari pelataran parkir mobil Jeep kita akan sampai di titik awal tangga untuk menuju kawah gunung bromo yang konon katanya berjumlah 250 anak tangga. Nafal tersengal sengal saat harus menapaki ratusan anak tangga ini, namun semua akan terbalas dengan semua suguhan keindahan yang kita dapatkan di puncak Gunung Bromo.


Perjalanan Menuju Puncak Bromo
Anak Tangga Menuju Puncak
Di kaldera Gunung Bromo kita akan melihat sisa letusan pada tahun 2010 yang meninggalkan lubang besar menganga di mulut kawah dengan asap terus mengepul. Disebelahnya Gunung Batok dengan guratan indahnya menyapa, dipuncak gunung ini pun kita dapat melihat kemegahan dari kaldera Gunung Tengger purba yang menyisakan sisa sisa kehancuranya. Dan disini kita pun seakan memahami betapa indahnya Negara ini, semakin menumbuhkan rasa cinta akan tanah air dan yang terakhir adalah semakin mendekatkan kita kepada Yang Maha Kuasa betapa kita kecil dihadapan kemegahan alamMu ini.



Kaldera Gunung Bromo

Kawah Aktif Gunung Bromo
View Dari Atas Puncak Bromo

Hangat sinar matahari pagi keluar perlahan dari peraduannya, hamparan lautan pasir luas, menyaksikan kemegahan Gunung Semeru yang menjulang menggapai langit, menikmati bukit bukit di sekitaran Gunung Bromo adalah pengalaman yang takan terlupakan.

Ada beberapa tujuan menarik lainnya yang wajib anda kunjungi jika berkunjung ke Bromo. Yang pertama adalah kawasan pasir berbisik. Di daerah ini pasir pasir seakan berbisik bisik kepada kita jika angin sedang meniupnya, sungguh tempat eksotis. Dulu ditempat ini dijadikan sebuah tempat pengambilan gambar film pasir berbisik, oleh karena itu hingga saat ini lebih dikenal dengan kawasan pasir berbisik.


Pasir Berbisik
Dan yang tak kalah menariknya adalah kawasan Bukit Teletubbies, bukit bukit disini persis dengan bukit yang terdapat pada film anak anak Teletubbies dahulu, pastinya anda sudah paham. Bukit bukit hijau dengan rumput rumput halus seakan membawa pikiran kita terbang. Sungguh tempat yang sangat indah, ibarat secuil surga yang jatuh ke bumi.

Bukit Teletubbies
Sungguh indah negeri kita ini kawan, tidak perlu kalian jauh jauh ke luar negeri. Alam Indonesia dan budayanya tidak akan pernah habis untuk kita jelajahi. Sudah selayaknya kita lebih mencintai Indonesia. Mari kita berwisata untuk mengenal lebih dalam tentang "Negeri Sejuta Keindahan" Indonesia.


" Segala isi conten bersumber dari Pradickta Kusuma, Pemilik Blog www.setapakkecil.blogspot.com
yang merupakan sahabat dan teman berpetualang admin, yang sudah meminta izin. 
kunjungi juga blog setapak kecil "

Gunung Krakatau

By : Unknown

Krakatau - Kudaki dan Kuselami Keindahanmu "Part 2"


Gaduhlah orang di dalam negeri
Mengatakan datang kapalnya api
Lalu berjalan berperi-peri
Nyatalah Rakata empunya bunyi
.......
Riuh bunyi di dalam perahunya
Bersahutan sama sendirinya
Seperti kiamat rupa bunyinya
Ramailah orang datang melihatnya
Demikian petikan transliterasi Inilah Syair Lampung Karam Adanya karangan Muhammad Saleh bait ke-14 dan 16. Syair ini dikumpulan oleh Suryadi dan diterbitkan dalam Syair Lampung Karam, Sebuah Dokumen Pribumi Tentang Dahsyatnya Letusan Krakatau 1883.

Tulisan kali ini merupakan lanjutan cerita perjalanan kami sebelumnya menelusuri keindahan Krakatau bagian pertama DISINI. Ini merupakan hari kedua kami menelusuri berbagai keindahan di kepulauan krakatau. Hari minggu pagi saat matahari belum tampak dan ayam ayam pun belum sempat untuk berkokok. Kami yang terdiri dari saya sendiri, Rizal, Dino, dan Rendi telah terbangun dari peraduan dan bersiap untuk menuju Gunung Anak Krakatau. Pukul 03.00 kami pun telah siap untuk berangkat. Dermaga subuh itu pun tampak masih gelap dan sepi tapi tampak kru kapal sewaan kami telah sibuk mempersiapkan semuanya. Bersyukur angin laut saat itu tak berhembus kencang dan sang lautan pun tampak tenang dibalik gelap pagi itu.


Sunrise 
Setelah semua berkumpul dan menaiki kapal, mesin kapal pun segera menderu nderu memecah keheningan pagi itu. Lampu di kabin pun telah menyala dan sedikit menyilaukan mata yang sebelumnya telah terbiasa dengan kegelapan. Angin laut pun tampak berhembus lebih kencang saat kapal melaju membelah ombak. Dan itulah semua keadaan yang menyambut kita untuk berpetualang di hari minggu itu. Perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau dapat kita tempuh selama 90 menit dari Pulau Sebesi. Di tengah perjalanan ombak semakin besar, kapal pun naik turun menembus besar ombak besar pagi itu. Sedikit perasaan was was ketika ombak terpecah di haluan kapal dan airnya pun seakan melompat sampai ke atas kapal. Tapi inilah serunya berpetualang itu, tanpa hadangan seakan perjalanan ini bagai sayur tanpa garam.

Gunung Anak Krakatau
Tak Berapa Lama Gunung Anak Krakatau pun menampakkan wujudnya. Tak Seberapa tinggi memang tapi tampak jelas gunung ini merupakan potensi nyata bencana yang mungkin akan terjadi di masa depan, kepulan asap tampak membumbung dari kawah yang terdapat di puncaknya, di kanan kiri tampak lelehan lahar yang telah membeku dan membentuk batuan keras formasi Pulau yang terbentuk di Anak Krakatau ini. Tampak jelas juga sisa sisa bencana pada masa lalu. Dibelakang Anak Krakatau tampak jelas sisa Gunung Krakatau purba di Pulau Rakata. Pulau ini tampak seperti gunung yang terbelah menjadi hanya separuh bagian. Tampak dari puncak hingga ke permukaan laut yang biru, terbayang di benak saya betapa dahsyat letusan Krakatau di masa silam.


Gunung Rakata Yang Terbelah
Perahu pun segera merapat di Anak Krakatau. Pasir di pantai ini tampak hitam, menandakan aktivitas vulkanis yang terus berlangsung hingga saat ini. Anak Krakatau ini merupakan Cagar Alam yang telah di kelola dan dalam pengawasan Provinsi Lampung. Oleh karena itu kita wajib melapor ke pos jaga yang ada saat berkunjung. Dan untuk kegiatan hiking menuju Badan Gunung Anak Krakatau pun kita wajib di dampingi oleh Ranger. Itu semua prosedur yang harus kita patuhi dan semua itu demi kenyamanan dan keselamatan kita semua.


Mentari Pagi Itu

Pantai Pasir Hitam Anak Krakatau
Disekitaran pos jaga yang tertata cukup baik terdapat beberapa peraturan pengunjung yang harus ditaati serta papan informasi mengenai sejarah letusan dan terbentuknya Gunung Anak Krakatau. Informasi yang cukup menarik dan bersifat edukatif bagi para wisatawan yang berkunjung di Anak Krakatau. Disini kita juga dapat melakukan kegiatan camping disekitaran pantai tentunya dengan izin terlebih dahulu.

Cagar Alam Anak Krakatau

 

Setelah semua siap kami pun segera berjalan menuju puncak Anak Krakatau. Sebenarnya kita tidak diperbolehkan sampai di puncak karena sangat berbahaya melainkan kita akan berjalan hanya sampai punggungan badan sebelum puncak Anak krakatau. Kita hanya membutuhkan 30 - 40 menit berjalan untuk mencapainya tergantung fisik masing masing juga. Trek sepanjang perjalanan berupa tanah pasir vulkanis. Awal perjalanan kami menembus hutan pinus yang terhampar  di atas tanah pasir, dengan trek masih landai. Selepas hutan tampak puncak Anak Krakatau menyambut kedatangan kita dari kejauhan. Dari titik ini trek akan terus menanjak hingga punggungan bukit yang akan kita tuju. 



Batas Vegetasi
Trek berupa pasir dengan batuan yang tersebar, menurut saya trek ini hampir mirip dengan Mahameru dengan kemiringan 30 - 45 derajat namun dengan rentang perjalanan yang lebih pendek. Jika trek ini sepanjang Mahameru menurut saya trek ini lumayan berbahaya juga karena banyak lelehan lahar panas yang telah mengering menjadi batu batu yang lancip, jika batuan ini terkena kaki kita akan berbaya dan bisa mengakibatkan luka. Di tengah tengah perjalanan kita juga akan merasakan sensasi mendaki gunung "Naik 2 turun 1" istilah para pendaki jika sedang mendaki gunung berapi dengan trek pasir karena jika kita mendaki naik 2 langkah pasti akan kembali mundur 1 langkah. Inilah tipikal mendaki gunung aktif yang berpasir seperti di Mahameru, Merapi dan lainnya.



Kontur Yang Miring


Naik 2 Turun 1

Lahar Panas Yang Telah Membeku
Setelah cukup terseok seok di dalam pasir dengan langkah kaki naik 2 turun 1, kami sampai juga di punggungan Anak Krakatau. Dari titik ini kita dapat memandang puncak Anak Krakatau, puncak yang tampak keputihan dan terus mengeluarkan asap belerang tampak gagah dihadapan kita. Keseluruhan tampak pasir dan lahar panas yang telah mengering, seakan memperingatkan kita akan bahaya yang akan ditimbulkan olehnya, oleh karena itu kita harus senantiasa waspada. Pemandangan disini sangat indah lautan biru terhampar begitu megah dengan gugusan kepulauan yang tersebar, tampak Pulau Panjang, Pulau Rakata dan lainnya. Disini sekali lagi mulut saya berkata lirih "Aku cinta sekali negeri yang indah ini".


Puncak Anak Krakatau



Pulau Panjang Dari Kejauhan

Berjalan ke arah samping pemandangan tak kalah indahnya, tampak Gunung Rakata yang indah ditengah laut yang biru dengan separuh puncaknya yang telah hilang tertutup oleh awan. Benar benar pengalaman yang tidak akan kami lupakan bisa mengijakkan kaki di Gunung dengan catatan sejarah letusan yang menggemparkan dunia ini. Tak ingin kehilangan momen kami segera melakukan beberapa jepretan kamera untuk mengabadikan jejak langkah kita menelusuri keindahan Krakatau.


Tampak Gunung Rakata
Turun dari Punggungan Anak Krakatau kita dapat langsung turun ke bawah dan kembali ke pos. Pada Waktu turun ini dapat melakukan seluncuran atau ski di atas hamparan pasir yang miring. Hampir persis seperti yang pernah saya lakukan di Mahameru, bedanya disini kita harus lebih berhati hati karena banyak batu lancip dari lahar panas yang telah mengering. Memang sangat mengasikan kita dapat berselancar diatas pasir, inilah hal yang sangat menyenangkan saat mendaki ke gunung berapi yang berpasir. Setelah terengah engah sampai ke puncak akan terbalas dengan kecepatan kita saat turun ke bawah. Tak sampai 20 menit kami pun sampai kembali di bibiran pantai Anak Krakatau. 


Perjalanan Turun
Berakhir sudah perjalanan kita menapaki Anak Krakatau. Dibalik keindahannya tersimpan jejak jejak sejarah kedahsyatan Bencananya dan mungkin juga akan terulang lagi kelak di kemudian hari. Oleh karena itu kita harus senantiasa waspada. Memang negeri ini indah tiada tara namun selalu di intip oleh sekeliling bencana yang siap menerkam.  Dibawah ini sedikit rekaman pendek video perjalanan kami menelusuri keindahan Krakatau, mulai dari pendakian hingga penyelaman ke dasar lautnya yang sangat indah.




" Segala isi conten bersumber dari Pradickta Kusuma, Pemilik Blog www.setapakkecil.blogspot.com
yang merupakan sahabat dan teman berpetualang admin, yang sudah meminta izin. 
kunjungi juga blog setapak kecil "

Gunung Lawu , Cemoro Sewu

By : Unknown

Gunung Lawu yang mempunyai ketinggian 3256 mdpl berada di wilayah perbatasan antara Jawa Timur (Magetan) dan Jawa Tengah (Karanganyar). Bagi masyarakat Jawa, Gunung Lawu adalah tempat yang paling dikramatkan. Banyak petilasan dan makam makam peninggalan kerajaan Majapahit, bahkan sampai sekarang Gunung Lawu merupakan tempat yang tak terpisahkan secara spiritual bagi Keratonan Solo. Di sisi lain gunung ini terkenal akan suhu dinginnya lebih dingin diantara gunung gunung lain di jawa dan terdapatnya bunga Edelweiss berwarna ungu jika kita beruntung menemukannya.Kali ini kami akan membahas catatan perjalanan yang melewati jalur Cemoro Sewu.
Transportasi

Surabaya – Madiun – Maospati – Magetan – Cemoro Sewu
Estimasi Biaya

Bis Surabaya – Maospati      : Rp. 20.000
Maospati – Magetan             : Tentative (Penulis menggunakan kendaraan pribadi)
Magetan – Cemoro sewu      : Tentative (Penulis menggunakan kendaraan pribadi)
Tiket Masuk                         : Rp. 5000
Perijinan
Tidak perlu perijinan khusus jika kita ingin mendaki Gunung Lawu. Para pendaki hanya perlu membayar biaya retribusi tiket masuk kawasan sebesar Rp. 5000. Untuk para pendaki ada beberapa pantangan dalam mendaki, informasi ini sudah tertera jelas di samping pintu masuk jalur pendakian. Diharapkan semua pendaki memperhatikan ini agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

Larangan Bagi Pendaki
Gerbang Cemoro Sewu
Estimasi Waktu Pendakian

·         Jalur Cemoro Sewu 6 – 7 Jam
·         Jalur Cemoro Kandang 8 – 9 Jam

Jalur Pendakian

Peta Jalur Pendakian
Pendakian
Setelah membayar tiket masuk jalur pendakian, jalur masih cukup landai dengan batuan yang telah tertata dengan rapi, jalanan seperti ini akan kita temui sepanjang jalur pendakian sampai kita tiba di daerah Sendang Drajat. Hutan pinus cukup lebat menemani perjalanan awal, setelah berjalan 60 menit kita akan melintasi ladang penduduk dengan tanaman berbagai macam sayuran.

Jalur Awal


Ladang Penduduk
Jalur pendakian sedikit demi sedikit akan semakin menanjak seiring kita memasuki kawasan hutan. Berjalan kembali kurang lebih 60 menit kita bertemu dengan pos 1. Disini terdapat warung yang menyediakan kebutuhan makanan para pendaki. Disinilah keunikan dari gunung lawu kita tidak perlu membawa banyak logistik karena banyaknya terdapat warung sepanjang jalur, dan yang paling terkenal adalah Warung Mbok Yem di ketinggian 3100 mdpl.
Pos 1
Warung Di Pos 1
Beranjak dari pos 1 jalur menanjak curam telah menanti kita. Jalur cemoro sewu ini memang cukup berat, jalur berupa tangga tangga batu. Perlahan lahan berjalan kita akan sampai di  pos Watu Jago.

Setapak Kecil
Background Lawu
Watu Jago
Berjalan kembali sekitar 90 menit kita akan sampai di pos 2. Dataran cukup lebar bisa untuk mendirikan tenda dan bermalam tetapi tidak terdapat mata air di pos ini.

Pos 2
Selepas pos 2 jalanan akan semakin menanjak dengan kemiringan yang cukup curam, disini fisik dan kaki benar benar diuji. Berjalan sekitar 60 menit kita akan menjumpai pos 3.

Pos 3

Suasana Pos 3
Selepas kawasan pos 3, jalanan semakin menjadi jadi dengan tanjakannya, menurut kami ini adalah jalur terberat di jalur cemoro sewu ini.

Menanjak
Jalur Pendakian

Perlahan lahan berjalan kita akan keluar dari lingkupan hutan yang menandakan kita akan segera sampai di sendang drajat. Pemandangan lepas nan indah, awan bergulung di bawah kaki kita, kota kota bak mainan kecil di hadapan megah semesta raya.

Gumpalan Awan
Di Atas Awan
Sunset 
Pos sendang drajat adalah salah satu yang bisa kita jadikan tempat untuk mendirikan dan bermalam. Disini terdapat mata air, warung, sebuah goa buatan kecil, dan toilet walaupun dengan keadaan kotor dan tidak terawat.

Sendang Drajat
Petilasan Sendang Drajat
Goa Buatan
Sinar Mentari Pagi


Pagi Di Lereng Lawu

Bermalam di sendang drajat kita dapat melanjutkan perjalanan menuju puncak lawu. Berjalan kurang lebih 60 menit kita akan segera sampai di puncak lawu atau Hargo Dumilah. Ada beberapa jalur untuk menuju Hargo Dumilah, kami melewati jalur sisi barat. Jalur cukup curam dengan kiri kanan pohon cantigi dengan selingan indah bunga edelweiss.

Perjalanan Ke Puncak
Summit Attack
Foto Keluarga
Menanjak Terus


Puncak Lawu atau Hargo Dumilah dengan ditandai dengan sebuah tugu, disini kita dapat menikmati pemandangan indah. Awan bergulung di bawah bagaikan samudra, gunung wilis & arjuna terlihat di sisi timur. Gunung Merapi & Merbabu tampak gagah di sisi barat.

Hargo Dumilah
Lautan Awan
Salam Dari 3256 mdpl
View Puncak Hargo Dumiling
Turun dari puncak kita dapat kembali menjelajah kawasan lawu. Tujuan kedua kami adalah pasar setan, konon bagi orang jawa tempat ini adalah tempat pusat kegiatan makhluk halus dan terdapat petilasan yang biasa digunakan untuk bersemedi. Tempat ini memiliki aura mistis didukung dengan kabut, suhu dingin, dan sepinya keadaan. Keadaan di tempat ini penuh dengan tumpukan batu batu  yang telah tersusun rapi menyerupai tempat tempat berjualan.
Perjalanan Menuju Pasar Setan
Pasar Setan

View Pasar Setan
Tujuan selanjutnya adalah Hargo Dalem. Dari pasar setan kita potong kompas dengan menyusuri padang rumput yang menurun kemudian kembali menanjak hebat. Kita akan segera sampai di Hargo Dalem. Sebuah petilasan dan makam peninggalan dari Prabu Brawijaya (Raja Kerajaan Majapahit). Konon disinilah tempat Prabu Brawijaya "Muksa", Menghilang dengan seluruh jasadnya. 
Potong Kompas
Gerbang Masuk Petilasan
Petilasan Prabu Brawijaya



" Segala isi conten bersumber dari Pradickta Kusuma, Pemilik Blog www.setapakkecil.blogspot.com
yang merupakan sahabat dan teman berpetualang admin, yang sudah meminta izin. 
kunjungi juga blog setapak kecil "

- Copyright © Suara Alam - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -