Archive for Maret 2014
Gunung Bromo
By : Unknown
Jangan pernah katakan anda pernah
ke Jawa Timur jika anda belum pernah mengunjungi kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Sebuah kawasan unik yang di dalamnya terdapat keindahan alam
berupa deretan gunung gunung berapi maupun yang sudah mati mulai dari Gunung
Bromo, Gunung batok, dan Gunung Semeru yang merupakan puncak gunung tertinggi
di Pulau Jawa serta kearifan lokal budaya Suku Tengger yang masih terjaga
hingga saat ini.
Gunung Bromo merupakan rangkaian
pegunungan yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yang
terletak perbatasan antara 3 kabupaten yaitu Malang, Pasuruan, Probolinggo.
Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2392 mdpl merupakan wisata andalan Jawa Timur
bahkan Andalan Wisata Indonesia di kancah internasional.
Sekilas sejarah mengenai Gunung Bromo, nama gunung ini berasal dari kata Brahma (salah satu dewa dalam agama Hindu), Sedangkan Gunung Semeru dengan puncaknya bernama Mahameru merupakan salah satu kiblat pemujaan agama hindu, singkat sejarah dalam agama Hindu gunung meru adalah gunung sebagai pusat bumi yang terletak di India, tetapi oleh Dewa Dewa dipindahkan ke Pulau Jawa, dalam proses pemindahan itu material Gunung Meru banyak yang tercecer. Ceceran itu saat ini berubah menjadi deretan pegunungan yang tersebar dari Sumatera hingga ke Jawa, dan Gunung Semeru ini menjadi pusatnya, tak salah jika mayoritas Suku Tengger yang mendiami kawasan ini beragama Hindu dan masih melestarikan warisan budaya yang ditinggalkan. Menurut legenda, asal-usul Suku Tengger tersebut dari Kerajaan Majapahit yang mengasingkan diri. Uniknya, melihat penduduk di sekitar (Suku Tengger) tampak tidak ada rasa ketakutan walaupun mengetahui Gunung Bromo itu berbahaya
Kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru ini dapat kita jangkau dari beberapa daerah. Yang pertama adalah
melewati daerah Pasuruan jalur Wonokitri, yang kedua adalah melalui Kota
Probolinggo dengan dilanjut ke jalur Cemoro Lawang, dan yang ketiga adalah dari
kota Malang melewati daerah Tumpang hingga kita sampai jalur ngadas arah menuju
jalur pendakian Gunung Semeru.
Daerah Cemoro Lawang |
Pagi hari setelah tidur nyenyak
semalam, Jeep telah menunggu di depan hotel tempat menginap kami. Tepat pukul
04.00 kita berangkat mengejar sunrise, rencana awal kita akan berangkat di
bukit penanjakan berhubung sedang dilakukan renovasi maka pengunjung dialihkan
ke bukit alternative dengan pemandangan yang tidak kalah menarik tentunya.
Iring iringan mobil jeep memecah keheningan pagi, jalur berkelak kelok membelah
bukit. Sampai akhirnya jalan terputus dihadapan sebuah bukit yang cukup tinggi,
dari titik ini kaki kita diwajibkan untuk melangkah. Tapi yang disayangkan
adalah di bukit ini kita harus cukup jauh melangkah untuk menuju Gardu pandang,
berbeda jika kita di penanjakan gardu pandang akan lebih mudah dijangkau. Sekitar
60 menit berjalan kita akan segera sampai di Gardu Pandang. Disini keadaan
cukup ramai yang menanti datangnya sunrise.
Ditengah dingin pagi di bukit ini
sayup sayup sinar matahari kemerahan mulai merekah di ufuk timur, dan
Subhanallah inilah sunrise terindah itu. Pemandangan yang sangat menakjubkan,
Tepat
dihadapan kita bromo yang indah tampak mengepulkan asap didampingi sebelahnya
gunung batok dengan guratan yang yang sangat indah, tampak mengintip di belakan
menjulang gagah gunung tertinggi di Pulau Jawa yaitu Gunung Semeru.. Suara jepretan kamera diselengi aksi dari
para wisatawan dalam mengabadikan momen yang tidak bisa didapatkan dari tempat
lainnya.
View Dari Bukit Alternatif |
Simpang
siur warga tengger yang
menjajakan makanan dan tumpangan kuda untuk mengantar sampai tangga
kawah. Jika
kita memilih berjalan kaki kita dapat mengunjungi Istana dewa ditengah
lautan
pasir yang bernama Pura Luhur Poten. Pura ini tempat yang disucikan oleh
warga
tengger yang mayoritas beragama Hindu. Jika datang pada bulan september
atau november hari ke 14 dalam penanggalan jawa, kita menyaksikan
festival Kasada tahunan
dimana suku Tengger datang ke Bromo melemparkan sesajen yang terdiri
dari
sayuran, ayam, dan uang ke dalam kawah Gunung Bromo. Upacara Kasada
merupakan upacara sesembahan untuk Sang Hyang Widhi dan para leluhur.
Berjalan kurang lebih 30 – 60 menit
dari pelataran parkir mobil Jeep kita akan sampai di titik awal tangga untuk
menuju kawah gunung bromo yang konon katanya berjumlah 250 anak tangga. Nafal tersengal
sengal saat harus menapaki ratusan anak tangga ini, namun semua akan terbalas
dengan semua suguhan keindahan yang kita dapatkan di puncak Gunung Bromo.
Perjalanan Menuju Puncak Bromo |
Anak Tangga Menuju Puncak |
Di kaldera Gunung Bromo kita akan
melihat sisa letusan pada tahun 2010 yang meninggalkan lubang besar menganga di
mulut kawah dengan asap terus mengepul. Disebelahnya Gunung Batok dengan
guratan indahnya menyapa, dipuncak gunung ini pun kita dapat melihat kemegahan
dari kaldera Gunung Tengger purba yang menyisakan sisa sisa kehancuranya. Dan disini
kita pun seakan memahami betapa indahnya Negara ini, semakin menumbuhkan rasa
cinta akan tanah air dan yang terakhir adalah semakin mendekatkan kita kepada
Yang Maha Kuasa betapa kita kecil dihadapan kemegahan alamMu ini.
Hangat sinar matahari pagi keluar
perlahan dari peraduannya, hamparan lautan pasir luas, menyaksikan
kemegahan Gunung Semeru yang menjulang menggapai langit, menikmati bukit
bukit di sekitaran Gunung Bromo adalah pengalaman yang takan terlupakan.
Ada beberapa tujuan menarik lainnya
yang wajib anda kunjungi jika berkunjung ke Bromo. Yang pertama adalah kawasan
pasir berbisik. Di daerah ini pasir pasir seakan berbisik bisik kepada kita
jika angin sedang meniupnya, sungguh tempat eksotis. Dulu ditempat ini
dijadikan sebuah tempat pengambilan gambar film pasir berbisik, oleh karena itu
hingga saat ini lebih dikenal dengan kawasan pasir berbisik.
Pasir Berbisik |
Dan yang tak kalah menariknya
adalah kawasan Bukit Teletubbies, bukit bukit disini persis dengan bukit yang
terdapat pada film anak anak Teletubbies dahulu, pastinya anda sudah paham. Bukit
bukit hijau dengan rumput rumput halus seakan membawa pikiran kita terbang. Sungguh
tempat yang sangat indah, ibarat secuil surga yang jatuh ke bumi.
Bukit Teletubbies |
Sungguh indah negeri kita ini kawan, tidak perlu kalian jauh jauh ke
luar negeri. Alam Indonesia dan budayanya tidak akan pernah habis untuk
kita jelajahi. Sudah selayaknya kita lebih mencintai Indonesia. Mari
kita berwisata untuk mengenal lebih dalam tentang "Negeri Sejuta
Keindahan" Indonesia.
" Segala isi conten bersumber dari Pradickta Kusuma, Pemilik Blog www.setapakkecil.blogspot.com
yang merupakan sahabat dan teman berpetualang admin, yang sudah meminta izin.
kunjungi juga blog setapak kecil "
Gunung Krakatau
By : UnknownKrakatau - Kudaki dan Kuselami Keindahanmu "Part 2"
Mengatakan datang kapalnya api
Lalu berjalan berperi-peri
Nyatalah Rakata empunya bunyi
.......
Riuh bunyi di dalam perahunya
Bersahutan sama sendirinya
Seperti kiamat rupa bunyinya
Ramailah orang datang melihatnya
Demikian petikan transliterasi Inilah Syair
Lampung Karam Adanya karangan Muhammad Saleh bait ke-14 dan 16. Syair ini
dikumpulan oleh Suryadi dan diterbitkan dalam Syair Lampung Karam, Sebuah
Dokumen Pribumi Tentang Dahsyatnya Letusan Krakatau 1883.
Tulisan kali ini merupakan lanjutan cerita
perjalanan kami sebelumnya menelusuri keindahan Krakatau bagian pertama DISINI. Ini merupakan hari
kedua kami menelusuri berbagai keindahan di kepulauan krakatau. Hari minggu
pagi saat matahari belum tampak dan ayam ayam pun belum sempat untuk berkokok.
Kami yang terdiri dari saya sendiri, Rizal, Dino, dan Rendi telah terbangun
dari peraduan dan bersiap untuk menuju Gunung Anak Krakatau. Pukul 03.00 kami
pun telah siap untuk berangkat. Dermaga subuh itu pun tampak masih gelap dan
sepi tapi tampak kru kapal sewaan kami telah sibuk mempersiapkan semuanya. Bersyukur
angin laut saat itu tak berhembus kencang dan sang lautan pun tampak tenang
dibalik gelap pagi itu.
Setelah semua berkumpul dan menaiki kapal,
mesin kapal pun segera menderu nderu memecah keheningan pagi itu. Lampu di
kabin pun telah menyala dan sedikit menyilaukan mata yang sebelumnya telah
terbiasa dengan kegelapan. Angin laut pun tampak berhembus lebih kencang saat
kapal melaju membelah ombak. Dan itulah semua keadaan yang menyambut kita untuk
berpetualang di hari minggu itu. Perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau dapat
kita tempuh selama 90 menit dari Pulau Sebesi. Di tengah perjalanan ombak
semakin besar, kapal pun naik turun menembus besar ombak besar pagi itu.
Sedikit perasaan was was ketika ombak terpecah di haluan kapal dan airnya pun
seakan melompat sampai ke atas kapal. Tapi inilah serunya berpetualang itu,
tanpa hadangan seakan perjalanan ini bagai sayur tanpa garam.
Tak Berapa Lama
Gunung Anak Krakatau pun menampakkan wujudnya. Tak Seberapa tinggi memang tapi
tampak jelas gunung ini merupakan potensi nyata bencana yang mungkin akan
terjadi di masa depan, kepulan asap tampak membumbung dari kawah yang terdapat
di puncaknya, di kanan kiri tampak lelehan lahar yang telah membeku dan
membentuk batuan keras formasi Pulau yang terbentuk di Anak Krakatau ini. Tampak
jelas juga sisa sisa bencana pada masa lalu. Dibelakang Anak Krakatau tampak
jelas sisa Gunung Krakatau purba di Pulau Rakata. Pulau ini tampak seperti
gunung yang terbelah menjadi hanya separuh bagian. Tampak dari puncak hingga ke
permukaan laut yang biru, terbayang di benak saya betapa dahsyat letusan
Krakatau di masa silam.
Gunung Anak Krakatau |
Perahu pun segera merapat di Anak Krakatau.
Pasir di pantai ini tampak hitam, menandakan aktivitas vulkanis yang terus
berlangsung hingga saat ini. Anak Krakatau ini merupakan Cagar Alam yang telah
di kelola dan dalam pengawasan Provinsi Lampung. Oleh karena itu kita wajib
melapor ke pos jaga yang ada saat berkunjung. Dan untuk kegiatan hiking menuju
Badan Gunung Anak Krakatau pun kita wajib di dampingi oleh Ranger. Itu semua
prosedur yang harus kita patuhi dan semua itu demi kenyamanan dan keselamatan
kita semua.
Mentari Pagi Itu |
Pantai Pasir Hitam Anak Krakatau |
Cagar Alam Anak Krakatau |
Setelah semua siap kami pun segera berjalan
menuju puncak Anak Krakatau. Sebenarnya kita tidak diperbolehkan sampai di
puncak karena sangat berbahaya melainkan kita akan berjalan hanya sampai
punggungan badan sebelum puncak Anak krakatau. Kita hanya membutuhkan 30 - 40
menit berjalan untuk mencapainya tergantung fisik masing masing juga. Trek
sepanjang perjalanan berupa tanah pasir vulkanis. Awal perjalanan kami menembus
hutan pinus yang terhampar di atas tanah
pasir, dengan trek masih landai. Selepas hutan tampak puncak Anak Krakatau
menyambut kedatangan kita dari kejauhan. Dari titik ini trek akan terus
menanjak hingga punggungan bukit yang akan kita tuju.
Trek berupa pasir dengan
batuan yang tersebar, menurut saya trek ini hampir mirip dengan Mahameru
dengan
kemiringan 30 - 45 derajat namun dengan rentang perjalanan yang lebih
pendek.
Jika trek ini sepanjang Mahameru menurut saya trek ini lumayan berbahaya
juga
karena banyak lelehan lahar panas yang telah mengering menjadi batu batu
yang
lancip, jika batuan ini terkena kaki kita akan berbaya dan bisa
mengakibatkan
luka. Di tengah tengah perjalanan kita juga akan merasakan sensasi
mendaki gunung "Naik 2 turun 1" istilah para pendaki jika sedang mendaki
gunung berapi dengan trek pasir karena jika kita mendaki naik 2 langkah
pasti akan kembali mundur 1 langkah. Inilah tipikal mendaki gunung
aktif yang berpasir seperti di Mahameru, Merapi dan lainnya.
Batas Vegetasi |
Setelah cukup terseok seok di dalam pasir
dengan langkah kaki naik 2 turun 1, kami sampai juga di punggungan Anak
Krakatau. Dari titik ini kita dapat memandang puncak Anak Krakatau,
puncak yang
tampak keputihan dan terus mengeluarkan asap belerang tampak gagah
dihadapan
kita. Keseluruhan tampak pasir dan lahar panas yang telah mengering,
seakan memperingatkan
kita akan bahaya yang akan ditimbulkan olehnya, oleh karena itu kita
harus
senantiasa waspada. Pemandangan disini sangat indah lautan biru
terhampar begitu megah dengan gugusan kepulauan yang tersebar, tampak
Pulau Panjang, Pulau Rakata dan lainnya. Disini sekali lagi mulut saya
berkata lirih "Aku cinta sekali negeri yang indah ini".
Berjalan ke arah samping pemandangan tak kalah indahnya, tampak Gunung Rakata yang indah ditengah laut yang biru dengan separuh puncaknya yang telah hilang tertutup oleh awan. Benar benar pengalaman yang tidak akan kami lupakan bisa mengijakkan kaki di Gunung dengan catatan sejarah letusan yang menggemparkan dunia ini. Tak ingin kehilangan momen kami segera melakukan beberapa jepretan kamera untuk mengabadikan jejak langkah kita menelusuri keindahan Krakatau.
Puncak Anak Krakatau |
Pulau Panjang Dari Kejauhan |
Berjalan ke arah samping pemandangan tak kalah indahnya, tampak Gunung Rakata yang indah ditengah laut yang biru dengan separuh puncaknya yang telah hilang tertutup oleh awan. Benar benar pengalaman yang tidak akan kami lupakan bisa mengijakkan kaki di Gunung dengan catatan sejarah letusan yang menggemparkan dunia ini. Tak ingin kehilangan momen kami segera melakukan beberapa jepretan kamera untuk mengabadikan jejak langkah kita menelusuri keindahan Krakatau.
Turun dari Punggungan Anak Krakatau kita dapat
langsung turun ke bawah dan kembali ke pos. Pada Waktu turun ini dapat
melakukan seluncuran atau ski di atas hamparan pasir yang miring. Hampir
persis seperti yang
pernah saya lakukan di Mahameru, bedanya disini kita harus lebih berhati
hati
karena banyak batu lancip dari lahar panas yang telah mengering. Memang
sangat mengasikan kita dapat berselancar diatas pasir, inilah hal yang
sangat menyenangkan saat mendaki ke gunung berapi yang berpasir. Setelah
terengah engah sampai ke puncak akan terbalas dengan kecepatan kita
saat turun ke bawah. Tak sampai 20
menit kami pun sampai kembali di bibiran pantai Anak Krakatau.
Berakhir sudah perjalanan kita menapaki Anak
Krakatau. Dibalik keindahannya tersimpan jejak jejak sejarah kedahsyatan
Bencananya dan mungkin juga akan terulang lagi kelak di kemudian hari.
Oleh karena
itu kita harus senantiasa waspada. Memang negeri ini indah tiada tara
namun
selalu di intip oleh sekeliling bencana yang siap menerkam. Dibawah ini
sedikit rekaman pendek video perjalanan kami menelusuri keindahan
Krakatau, mulai dari pendakian hingga penyelaman ke dasar lautnya yang
sangat indah.
" Segala isi conten bersumber dari Pradickta Kusuma, Pemilik Blog www.setapakkecil.blogspot.com
yang merupakan sahabat dan teman berpetualang admin, yang sudah meminta izin.
kunjungi juga blog setapak kecil "
Gunung Lawu , Cemoro Sewu
By : Unknown
Gunung Lawu yang mempunyai
ketinggian 3256 mdpl berada di wilayah perbatasan antara Jawa Timur
(Magetan) dan
Jawa Tengah (Karanganyar). Bagi masyarakat Jawa, Gunung Lawu adalah
tempat yang
paling dikramatkan. Banyak petilasan dan makam makam peninggalan
kerajaan
Majapahit, bahkan sampai sekarang Gunung Lawu merupakan tempat yang tak
terpisahkan secara spiritual bagi Keratonan Solo. Di sisi lain gunung
ini
terkenal akan suhu dinginnya lebih dingin diantara gunung gunung lain di
jawa
dan terdapatnya bunga Edelweiss berwarna ungu jika kita beruntung
menemukannya.Kali ini kami akan membahas catatan perjalanan yang
melewati jalur Cemoro Sewu.
Transportasi
Surabaya – Madiun – Maospati –
Magetan – Cemoro Sewu
Estimasi Biaya
Bis Surabaya – Maospati :
Rp. 20.000
Maospati – Magetan :
Tentative (Penulis menggunakan kendaraan pribadi)
Magetan – Cemoro sewu :
Tentative (Penulis menggunakan kendaraan pribadi)
Tiket Masuk :
Rp. 5000
Perijinan
Tidak perlu perijinan khusus jika kita ingin mendaki Gunung Lawu. Para
pendaki hanya perlu membayar biaya retribusi tiket masuk kawasan sebesar Rp.
5000. Untuk para pendaki ada beberapa pantangan dalam mendaki, informasi ini
sudah tertera jelas di samping pintu masuk jalur pendakian. Diharapkan semua
pendaki memperhatikan ini agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
Larangan Bagi Pendaki
Gerbang Cemoro Sewu
Estimasi Waktu Pendakian
·
Jalur Cemoro Sewu 6 – 7 Jam
Pendakian
Setelah membayar tiket masuk jalur pendakian, jalur masih cukup landai
dengan batuan yang telah tertata dengan rapi, jalanan seperti ini akan kita
temui sepanjang jalur pendakian sampai kita tiba di daerah Sendang Drajat. Hutan
pinus cukup lebat menemani perjalanan awal, setelah berjalan 60 menit kita akan
melintasi ladang penduduk dengan tanaman berbagai macam sayuran.
Jalur Awal
Ladang Penduduk
Jalur pendakian sedikit demi sedikit akan semakin menanjak seiring
kita memasuki kawasan hutan. Berjalan kembali kurang lebih 60 menit kita
bertemu dengan pos 1. Disini terdapat warung yang menyediakan kebutuhan makanan
para pendaki. Disinilah keunikan dari gunung lawu kita tidak perlu membawa
banyak logistik karena banyaknya terdapat warung sepanjang jalur, dan yang
paling terkenal adalah Warung Mbok Yem di ketinggian 3100 mdpl.
Beranjak dari pos 1 jalur menanjak curam telah menanti kita. Jalur cemoro
sewu ini memang cukup berat, jalur berupa tangga tangga batu. Perlahan lahan
berjalan kita akan sampai di pos Watu
Jago.
Setapak Kecil
Background Lawu
Watu Jago
Berjalan kembali sekitar 90 menit kita akan sampai di pos 2. Dataran
cukup lebar bisa untuk mendirikan tenda dan bermalam tetapi tidak terdapat mata
air di pos ini.
Pos 2
Selepas pos 2 jalanan akan semakin menanjak dengan kemiringan yang
cukup curam, disini fisik dan kaki benar benar diuji. Berjalan sekitar 60 menit
kita akan menjumpai pos 3.
Pos 3
Suasana Pos 3
Selepas kawasan pos 3, jalanan semakin menjadi jadi dengan
tanjakannya, menurut kami ini adalah jalur terberat di jalur cemoro sewu ini.
Perlahan lahan berjalan kita akan keluar dari lingkupan hutan yang menandakan kita akan segera sampai di sendang drajat. Pemandangan lepas nan indah, awan bergulung di bawah kaki kita, kota kota bak mainan kecil di hadapan megah semesta raya.
Menanjak
Jalur Pendakian
Perlahan lahan berjalan kita akan keluar dari lingkupan hutan yang menandakan kita akan segera sampai di sendang drajat. Pemandangan lepas nan indah, awan bergulung di bawah kaki kita, kota kota bak mainan kecil di hadapan megah semesta raya.
Pos sendang drajat adalah salah satu yang bisa kita jadikan tempat
untuk mendirikan dan bermalam. Disini terdapat mata air, warung, sebuah goa
buatan kecil, dan toilet walaupun dengan keadaan kotor dan tidak terawat.
Sendang Drajat
Petilasan Sendang Drajat
Goa Buatan
Sinar Mentari Pagi
Pagi Di Lereng Lawu
Bermalam di sendang drajat kita dapat melanjutkan perjalanan menuju
puncak lawu. Berjalan kurang lebih 60 menit kita akan segera sampai di puncak
lawu atau Hargo Dumilah. Ada beberapa jalur untuk menuju Hargo Dumilah, kami
melewati jalur sisi barat. Jalur cukup curam dengan kiri kanan pohon cantigi
dengan selingan indah bunga edelweiss.
Puncak Lawu atau Hargo Dumilah dengan ditandai dengan sebuah tugu,
disini kita dapat menikmati pemandangan indah. Awan bergulung di bawah bagaikan
samudra, gunung wilis & arjuna terlihat di sisi timur. Gunung Merapi &
Merbabu tampak gagah di sisi barat.
Hargo Dumilah
Lautan Awan
Salam Dari 3256 mdpl
View Puncak Hargo Dumiling
Turun dari puncak kita dapat kembali menjelajah kawasan lawu. Tujuan
kedua
kami adalah pasar setan, konon bagi orang jawa tempat ini adalah tempat
pusat
kegiatan makhluk halus dan terdapat petilasan yang biasa digunakan untuk
bersemedi. Tempat ini memiliki aura mistis didukung dengan kabut, suhu
dingin,
dan sepinya keadaan. Keadaan di tempat ini penuh dengan tumpukan batu
batu yang telah tersusun rapi menyerupai tempat tempat berjualan.
Tujuan selanjutnya adalah Hargo Dalem. Dari pasar setan kita potong
kompas dengan menyusuri padang rumput yang menurun kemudian kembali menanjak
hebat. Kita akan segera sampai di Hargo Dalem. Sebuah petilasan dan makam
peninggalan dari Prabu Brawijaya (Raja Kerajaan Majapahit). Konon disinilah
tempat Prabu Brawijaya "Muksa", Menghilang dengan seluruh jasadnya.
Potong Kompas
Gerbang Masuk Petilasan
Petilasan Prabu Brawijaya
" Segala isi conten bersumber dari Pradickta Kusuma, Pemilik Blog www.setapakkecil.blogspot.com
yang merupakan sahabat dan teman berpetualang admin, yang sudah meminta izin.
kunjungi juga blog setapak kecil "